Home » » ADAB DAN ETIKA MUSLIM : ETIKA BEKERJA DAN BERUSAHA

ADAB DAN ETIKA MUSLIM : ETIKA BEKERJA DAN BERUSAHA

Written By mouzlim on Kamis, 18 April 2013 | 20.14


ADAB DAN ETIKA MUSLIM : ETIKA BEKERJA DAN BERUSAHA




 Bertakwalah kepada Allah, bertindaklah yang indah dalam mencari rezeki, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram ( diriwayatkan ibnu Majah dari Jabir r.a)

Dalam bekerja untuk mengais rezeki, hendaknnya seorang muslim memperhatikan etika-etika dalam bekerja. Etika kepada Allah yaitu dengan bertakwa kepada-Nya. Etika kepada sesama muslim dengan menerapkan cara bekerja dan sikap yang baik. Etika kepada diri sendiri dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Apabila etika senantiasa menyertai seorang muslim, maka kegiatan bisnis dan lingkungan kerja akan terasa indah dan menyejukkan , seakan kita sedang berada ditengah oase kerohanian dan bukan di tengah sahara keduniaan. Inilah yang dimaksudkan Imam Ibnul Mubarak ketika ditanya oleh seseorang, “mengapa anda tidak menulis tentang wara’?”beliau menjawab, “ aku telah menulis tentang halal dan haram dalam perniagaan.”

Beberapa hikmah tarbawi dari hadits diatas ..

1   1.      Takwa kepada Allah sebagai landasan

      Apabila takwa kepada Allah menjadi landasan seorang muslim dalam bekerja dan berusaha,    
      maka ia akan memiliki sikap dan prinsip yang islami sebagai berikut :

a.      Mendahulukan Pahala Allah Sebelum Keuntungan Duniawi
Artinya ia menyikapi usaha dan berkerja sebagai dzikir kepada Allah. Berusaha meraih ridha dan pahala dari Allah melalui usaha yang dilakukannya. Motivasi untuk membantu sesama jauh lebih besar daripada sekedar meraih keuntungan. Sehingga ia senantiasa bersikap memudahkan dalam setiap mu’amalah dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda,
Seorang mukmin itu mudah ketika membeli, mudah ketika menjual, mudah ketika membayar hutang dan mudah ketika menagih hutang” (HR. Ahmad)

b.      Menaati Aturan Allah Sebelum Aturan Manusia
Dalam menjalankan usaha seorang mukmin akan senantiasa manaati aturan Allah. Ia tidak akan memakan harta saudaranya dengan cara yang batil meski dibernarkan oleh hukum dan undang undang buatan manusia. Ia akan senantiasa mengingat firman Allah,






ولَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan [janganlah] kamu membawa [urusan] harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan [jalan berbuat] dosa, padahal kamu mengetahui.(al baqarah:188)

c.       Sabar Dan Tawakkal Kepada Allah
Ketika mengalami musibah, kegagalan dan kerugian seorang seorang mukmin tidak akan mengambil jalan pintas dan menempuh cara cara yang haram atau menggerutu dan berburuk sangka kepada Allah. Sebaliknya ia akan bersabar dalam menghadapi musibah itu dan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Ia menyadari sepenuhnya bahwa itu adalah ujian dan musibah dari-Nya, serta tidak ada jalan yang terbaik untuk keluar dari musibah ini kecuali bersabar dan bertawakal serta terus menerus berusaha sambil mengharapkan pertolongan dari Allah. Firman-Nya

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
 Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya  ( at thalaq :3)

d.      Qana’ah Atas Apa Yang Ditentukan Allah Dan Menyukuri Setiap Nikmat Yang Diberikan Kepadanya
Karena dengan Qana’ah ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda

sungguh beruntung seorang muslim, dieri rejeki yang cukup dan dijadikan puas oleh Allah dengan apa yang diberikian kepadanya (HR. Muslim)

Dan dengan mensyukuri setiap nikmat Allah yang diberikan kepadanya, maka nikmat itu akan semakin bertambah. Firman-Nya

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah [ni’mat] kepadamu, dan jika kamu mengingkari [ni’mat-Ku], maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
(Ibrahim :7)



2      2.    Mencari Rezeki Dengan Indah

Rasulullah saw bersabda

Bertindaklah indah dalam mencari harta dunia, karena setiap orang akan dimudahkan mendapat apa yang ditetapkan untuknya ( HR. Ibnu Majah)

Diantara sikap dan tindakan yang bisa memperindah usaha dan bisnis kita adalah sebagai berikut :

a.      Mengawali Usaha Dengan Doa
Seorang mukmin dianjurkan agar senantiasa membaca doa ketika keluar rumah dan ketika memasuki tempat kerja. Rasulullah saw bersabda,

Barangsiapa ketika masuk pasar berdoa, “ tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali allah, tiada sekutu bagi-nya. Yang memiliki kerajaan dan yang memiliki segala pujian. Ia yang menghidupkan dan mematikan sedang ia maha hidup dan tidak mati, di tangan-nya tergenggam semua kebaikan dan ia maha kuasa atas segala sesuatu. “ allah akan menuliskan baginya sejuta kebaikan , menghapuskan sejuta keburukan dan membangunkan istana untuknya di surga ( HR. Ibnu Majah)

b.      Meniatkan Usaha Sebagai Realisasi Fardhu Kifayah
Imam al-ghazali berkata, “dalam berwirausaha atau berjualbeli hendaknya seorang muslim berniat melakukan suatu kewajiban yang tergolong fardhu kifayah. Karena seandainya ia meninggalkan profesi ini dan tidak ada yang melakukannya, maka kelancaran urusan kaum muslimin akan terganggu dan hilanglah ketenangan dan ketentraman jiwa mereka.” (Mau’zhatul Mu’minin)

c.       Berangkat Dengan Penuh Semangat Dan Optimisme
Ketika bekerja seorang mukmin hendaknya pergi dengan penuh semangat , optimisme dan keyakinan yang kuat kepada Allah . Rasulullah saw.bersabda,

“seandaianya kamu bertawakkal kepada Allah Ta’ala dengan seebenar-benar tawakkal keada-Nya niscaya Dia akan memnerikan rezeki kepadamu seperti kawanan burung mendapatkan rezeki. Mereka berangkat di waktu pagi dalam keadaaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang. “ (HR Ahmad)

Ia juga senantiasa datang lebih awal ke tempat kerja sehingga hasilnya lebih berkah.  Rasulullah saw berdo’a,

“ Ya allah, bekahilah umatku yang datang lebih awal ke tempat kerjanya (HR. Ahmad)

d.      Menjaga kebersihan hati dari ketamakan dan keserakahan yang menyengsarakan orang lain.
Rasulullah saw bersabda,
“barangsiapa menimbun barang dagangan dengan tujuan menaikkan harganya sehingga menyengsarakan kaum muslimin maka ia adalah seorang fasiq ( Ash-Shahihah : 3362)

Juga dari keserakahan yang merusak kehormatan diri sendiri seperti meminta-minta. Beliau bersabda,
Tidak ada seorang yang membuka pintu meminta-minta dengan tujuan memperbanyak harta melainkan Allah akan menjadikan hartanya semakin sedikit.” (Ash-Shahihah:2231)

e.      Menjaga diri untuk tidak mengambil hutang selama masih mampu mengandalkan modal sendiri
Rasulullah saw. Bersabda,
“janganlah kamu menakut-nakuti jiwamu setelah merasa aman.” Mereka bertanya, “apakah itu ya rasulullah?” beliau menjawab, “berhutang.” ( Ash-Shahihah 2420)

Ketika terpaksa berhutang, maka hendaknya ia berktekad untuk segera mengembalikannya. Beliau bersabda,

“Barangsiapa menghutang harta orang lain dengan niat membayarnya maka Allah akan memudahkan pembayaran  untuknya. Barangsiapa menghutang harta orang lain dengan niat memusnahkannya, maka Allah akan memusnahkannya. “ (HR. Ahmad)

f.        Tidak mengotori usahanya dengan sumpah meskipin tidak sampai berdusta.
Rasulullah saw. Bersabda,

“jauhilah olehmu bersumpah dalam jual beli, karena sesungguhnya sumpah itu pada mulanya meramaikan perniagaan, namun pada akhirnya menghancurkannya.” (HR. Muslim)

Apalagi sumpah palsu, maka berarti seseorang yang melakukannya telah menjual akhirat untuk mendapatkan dunia. Abu said menuturkan, “aku bertanya kepada seorang arab badui yang menuntun seorang kambing, “apakah kamu akan menjual kambingmu dengan tiga dirham ?” ia menjawab, “demi Allah, aku tidak akan menjualnya dengan tiga dirham. “ tetapi kemudian ia menjualnya dengan tiga dirham lalu aku menceritakannya kepada Rasulullah saw. Maka beliau pun bersabda, “orang itu telah menjual akhiratnya dengan dunianya. “ ( Ash-Shahihah :364)

g.      Menjauhkan diri dari penipuan dan senantiasa bersikap jujur.

Ketika melewati seseorang yang menjual kurma, Rasulullah saw. Memasukkan tangannya kedalam ranjang, ternyata buah yang ada didalamnya basah, lalu Rasulullah Saw bersabda,
“bukanlah dari golongan kami siapa pun yang melakukan penipuan.” (HR Ibnu Majah)
“ Jika dua orang melakukan jual beli bersikap jujur dan menjelaskan cacat yang ada pada barang dagangannya, maka keduanya akan mendapatkan berkah dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan cacat dan berdusta, maka dihapuskanlah berkah jual belinya”(HR Abu Dawud)

h.      Aktivitas bisnis dan wirausaha ini hendaknya tidak sampai menjadikannya lupa terhadap dzikrullah dan urusan akhirat.
Allah ta’ala berfirman,

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak [pula] oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan [dari] mendirikan sembahyang, dan [dari] membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang [di hari itu] hati dan penglihatan menjadi goncang.  ( An Nuur :37)





Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Living Qur'an Sunnah Institute - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger