ADAB DAN ETIKA MUSLIM : ETIKA BEKERJA DAN BERUSAHA
Bertakwalah
kepada Allah, bertindaklah yang indah dalam mencari rezeki, ambillah yang halal
dan tinggalkanlah yang haram ( diriwayatkan ibnu Majah dari Jabir r.a)
Dalam
bekerja untuk mengais rezeki, hendaknnya seorang muslim memperhatikan
etika-etika dalam bekerja. Etika kepada Allah yaitu dengan bertakwa kepada-Nya.
Etika kepada sesama muslim dengan menerapkan cara bekerja dan sikap yang baik.
Etika kepada diri sendiri dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang
haram. Apabila etika senantiasa menyertai seorang muslim, maka kegiatan bisnis
dan lingkungan kerja akan terasa indah dan menyejukkan , seakan kita sedang
berada ditengah oase kerohanian dan bukan di tengah sahara keduniaan. Inilah
yang dimaksudkan Imam Ibnul Mubarak ketika ditanya oleh seseorang, “mengapa
anda tidak menulis tentang wara’?”beliau menjawab, “ aku telah menulis tentang
halal dan haram dalam perniagaan.”
Beberapa
hikmah tarbawi dari hadits diatas ..
1 1. Takwa kepada
Allah sebagai landasan
Apabila takwa kepada Allah menjadi landasan seorang muslim dalam bekerja
dan berusaha,
maka ia akan memiliki sikap dan prinsip yang islami sebagai
berikut :
a. Mendahulukan
Pahala Allah Sebelum Keuntungan Duniawi
Artinya ia menyikapi
usaha dan berkerja sebagai dzikir kepada Allah. Berusaha meraih ridha dan
pahala dari Allah melalui usaha yang dilakukannya. Motivasi untuk membantu
sesama jauh lebih besar daripada sekedar meraih keuntungan. Sehingga ia
senantiasa bersikap memudahkan dalam setiap mu’amalah dengan orang lain.
Rasulullah SAW bersabda,
Seorang mukmin itu
mudah ketika membeli, mudah ketika menjual, mudah ketika membayar hutang dan
mudah ketika menagih hutang” (HR. Ahmad)
b. Menaati Aturan
Allah Sebelum Aturan Manusia
Dalam menjalankan usaha
seorang mukmin akan senantiasa manaati aturan Allah. Ia tidak akan memakan harta
saudaranya dengan cara yang batil meski dibernarkan oleh hukum dan undang
undang buatan manusia. Ia akan senantiasa mengingat firman Allah,
ولَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَDan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan [janganlah] kamu membawa [urusan] harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan [jalan berbuat] dosa, padahal kamu mengetahui.(al baqarah:188)
c. Sabar Dan
Tawakkal Kepada Allah
Ketika mengalami musibah,
kegagalan dan kerugian seorang seorang mukmin tidak akan mengambil jalan pintas
dan menempuh cara cara yang haram atau menggerutu dan berburuk sangka kepada
Allah. Sebaliknya ia akan bersabar dalam menghadapi musibah itu dan bertawakal
kepada Allah Ta’ala. Ia menyadari sepenuhnya bahwa itu adalah ujian dan musibah
dari-Nya, serta tidak ada jalan yang terbaik untuk keluar dari musibah ini
kecuali bersabar dan bertawakal serta terus menerus berusaha sambil
mengharapkan pertolongan dari Allah. Firman-Nya
Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya ( at thalaq :3)
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
d. Qana’ah Atas Apa
Yang Ditentukan Allah Dan Menyukuri Setiap Nikmat Yang Diberikan Kepadanya
Karena dengan Qana’ah ia
akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda
“sungguh beruntung
seorang muslim, dieri rejeki yang cukup dan dijadikan puas oleh Allah dengan
apa yang diberikian kepadanya (HR. Muslim)
Dan dengan mensyukuri
setiap nikmat Allah yang diberikan kepadanya, maka nikmat itu akan semakin
bertambah. Firman-Nya
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah [ni’mat] kepadamu, dan jika kamu mengingkari [ni’mat-Ku],
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
(Ibrahim :7)
2 2. Mencari
Rezeki Dengan Indah
Rasulullah saw bersabda
Bertindaklah indah dalam mencari harta dunia, karena setiap
orang akan dimudahkan mendapat apa yang ditetapkan untuknya ( HR. Ibnu Majah)
Diantara sikap dan tindakan yang bisa memperindah usaha dan bisnis kita
adalah sebagai berikut :
a. Mengawali Usaha
Dengan Doa
Seorang mukmin dianjurkan
agar senantiasa membaca doa ketika keluar rumah dan ketika memasuki tempat
kerja. Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa ketika
masuk pasar berdoa, “ tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali allah, tiada
sekutu bagi-nya. Yang memiliki kerajaan dan yang memiliki segala pujian. Ia
yang menghidupkan dan mematikan sedang ia maha hidup dan tidak mati, di
tangan-nya tergenggam semua kebaikan dan ia maha kuasa atas segala sesuatu. “
allah akan menuliskan baginya sejuta kebaikan , menghapuskan sejuta keburukan
dan membangunkan istana untuknya di surga ( HR. Ibnu Majah)
b. Meniatkan Usaha
Sebagai Realisasi Fardhu Kifayah
Imam al-ghazali berkata, “dalam
berwirausaha atau berjualbeli hendaknya seorang muslim berniat melakukan suatu kewajiban
yang tergolong fardhu kifayah. Karena seandainya ia meninggalkan profesi ini
dan tidak ada yang melakukannya, maka kelancaran urusan kaum muslimin akan terganggu
dan hilanglah ketenangan dan ketentraman jiwa mereka.” (Mau’zhatul Mu’minin)
c. Berangkat Dengan
Penuh Semangat Dan Optimisme
Ketika bekerja seorang
mukmin hendaknya pergi dengan penuh semangat , optimisme dan keyakinan yang
kuat kepada Allah . Rasulullah saw.bersabda,
“seandaianya kamu
bertawakkal kepada Allah Ta’ala dengan seebenar-benar tawakkal keada-Nya
niscaya Dia akan memnerikan rezeki kepadamu seperti kawanan burung mendapatkan
rezeki. Mereka berangkat di waktu pagi dalam keadaaan lapar dan kembali di sore
hari dalam keadaan kenyang. “ (HR Ahmad)
Ia juga senantiasa datang
lebih awal ke tempat kerja sehingga hasilnya lebih berkah. Rasulullah saw berdo’a,
“ Ya allah, bekahilah
umatku yang datang lebih awal ke tempat kerjanya (HR. Ahmad)
d. Menjaga kebersihan
hati dari ketamakan dan keserakahan yang menyengsarakan orang lain.
Rasulullah saw bersabda,
“barangsiapa menimbun
barang dagangan dengan tujuan menaikkan harganya sehingga menyengsarakan kaum
muslimin maka ia adalah seorang fasiq ( Ash-Shahihah : 3362)
Juga dari keserakahan
yang merusak kehormatan diri sendiri seperti meminta-minta. Beliau bersabda,
Tidak ada seorang yang
membuka pintu meminta-minta dengan tujuan memperbanyak harta melainkan Allah
akan menjadikan hartanya semakin sedikit.” (Ash-Shahihah:2231)
e. Menjaga diri
untuk tidak mengambil hutang selama masih mampu mengandalkan modal sendiri
Rasulullah saw. Bersabda,
“janganlah kamu
menakut-nakuti jiwamu setelah merasa aman.” Mereka bertanya, “apakah itu ya
rasulullah?” beliau menjawab, “berhutang.” ( Ash-Shahihah 2420)
Ketika terpaksa berhutang,
maka hendaknya ia berktekad untuk segera mengembalikannya. Beliau bersabda,
“Barangsiapa
menghutang harta orang lain dengan niat membayarnya maka Allah akan memudahkan
pembayaran untuknya. Barangsiapa menghutang
harta orang lain dengan niat memusnahkannya, maka Allah akan memusnahkannya. “ (HR. Ahmad)
f.
Tidak mengotori usahanya dengan sumpah meskipin tidak
sampai berdusta.
Rasulullah saw. Bersabda,
“jauhilah olehmu
bersumpah dalam jual beli, karena sesungguhnya sumpah itu pada mulanya
meramaikan perniagaan, namun pada akhirnya menghancurkannya.” (HR. Muslim)
Apalagi sumpah palsu,
maka berarti seseorang yang melakukannya telah menjual akhirat untuk mendapatkan
dunia. Abu said menuturkan, “aku bertanya kepada seorang arab badui yang
menuntun seorang kambing, “apakah kamu akan menjual kambingmu dengan tiga
dirham ?” ia menjawab, “demi Allah, aku tidak akan menjualnya dengan tiga dirham.
“ tetapi kemudian ia menjualnya dengan tiga dirham lalu aku menceritakannya
kepada Rasulullah saw. Maka beliau pun bersabda, “orang itu telah menjual
akhiratnya dengan dunianya. “ ( Ash-Shahihah :364)
g. Menjauhkan diri
dari penipuan dan senantiasa bersikap jujur.
Ketika melewati seseorang
yang menjual kurma, Rasulullah saw. Memasukkan tangannya kedalam ranjang,
ternyata buah yang ada didalamnya basah, lalu Rasulullah Saw bersabda,
“bukanlah dari
golongan kami siapa pun yang melakukan penipuan.” (HR Ibnu Majah)
“ Jika dua orang
melakukan jual beli bersikap jujur dan menjelaskan cacat yang ada pada barang
dagangannya, maka keduanya akan mendapatkan berkah dalam jual belinya. Jika keduanya
menyembunyikan cacat dan berdusta, maka dihapuskanlah berkah jual belinya”(HR Abu Dawud)
h. Aktivitas bisnis
dan wirausaha ini hendaknya tidak sampai menjadikannya lupa terhadap dzikrullah
dan urusan akhirat.
Allah ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ
تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan
dan tidak [pula] oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan [dari] mendirikan
sembahyang, dan [dari] membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang
[di hari itu] hati dan penglihatan menjadi goncang. ( An Nuur :37)
Posting Komentar