BEBERAPA PELAJARAN YANG DIPETIK DARI
FIRMAN ALLAH SWT:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
28. Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
Segala puji bagi Allah,
shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Wa
Ba’du:
Dari Sa’d bin Abi Waqqas
berkata, "Kami berenam bersama Nabi SAW, lalu orang-orang musyrik berkata:
Usirlah orang-orang ini jangan sampai mereka berani terhadap kami. Sa’d bin
Waqqas berkata: Dan aku bersama Ibnu Mas’ud, dan seorang lelaki dari Huzail,
beserta Bilal dan dua orang namun namanya aku lupa, lalu Rasulullah SAW merasakan
sesuatu di dalam dirinya dan hanya Allah yang mengetahui apa yang terjadi, dan
beliau membisikkan dirinya dengan perkara tersebut, maka Allah menurunkan
firman-Nya:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
28.“…dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah Kami lalaikan dari mengingat Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas”.( QS. Al-Kahfi: 28)
Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW dan perintah ini umum untuk diri beliau dan umatnya, agar mereka
tetap istiqomah bersama orang-orang yang shaleh, bersabar dalam menemani
mereka, tetap bersama mereka, terlebih orang-orang yang fakir dan lemah. Dan
ayat ini turun tentang mereka, dan duduk bersama mereka akan menjauhkan
seseorang dari gemerlapnya dunia dan fitnahnya. Kemudian Allah menyebutkan
sifat-sifat mereka yang paling penting, yaitu: Mereka mengisi waktu mereka
dengan beribadah kepada Allah sesuai dengan keadaan, mereka tidak menghendaki
riya’ dan sum’ah dan tidak pula agar mereka dikatakan: Si fulan qori’ (orang
yang pandai membaca) atau si fulan orang yang ahli ibadah atau bertendensi
harta duniawi yang mudah sirna, mereka hanya mengharapkan keridhaan Allah.
Kemudian Allah SWT melarang mereka menemani ahli dunia, Allah berfirman:
وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
28.dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; (QS. Al-Kahfi: 28)
Artinya janganlah engkau beralih guna bersahabat
dengan orang-orang selain mereka dari golongan mereka yang mulia atau kaya,
sebab hal itu akan menyebabkan hati sibuk dengan urusan-urusan duniawi sehingga
bisa melupakan hari akherat.
Syekh Abdurrahman As-Sa’di
rahimahullah berkata: "Sesungguhnya hal itu akan menyebabkan hati
tergantung dengan dunia, maka fikiran dan bisikan-bisikan hanya tertuju
padanya, hati terjauh dari mengingat akherat, sebab sesungguhnya perhiasan
dunia begitu mengagumkan bagi orang yang melihatnya, menyihir hati sampai lalai
dari berdzikir kepada Allah lalu tenggelam ke dalam kelezatan dan syahwat,
akhirnya dia terjebak menyia-nyiakan waktu dan lalai dalam perkaranya, lalu dia
akan merugi dengan kerugian yang abadi dan penyesalan yang selama-lamanya”.[1]
Lalu
Allah SWT melarang Beliau dengan larangan lain di dalam firman-Nya:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا
28.“dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami”,
Allah melarang Beliau mentaati
orang-orang yang lalai dari mengingat Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka,
yaitu mereka yang menyia-nyiakan agama mereka. Maka mentaati orang-orang yang
sifatnya seperti ini, itulah kerugian yang hakiki di dunia dan akherat.
Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat ini adalah:
Pertama:
Anjuran berbuat sabar. Yang dimaksud dengan bersabar adalah bersabar dalam taat
kepada Allah, sebagai ketaatan yang paling tinggi. Allah SWT telah menyebut
kata sabar di dalam Al-Qur’an lebih dari sembilan puluh kali pada tempat yang
berbeda, disebabkan kedudukannya yang begitu agung. Bahkan di dalam satu ayat
disebutkan kata sabar tersebut secara berulang-ulang, sebagaimana disebutkan di
dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
200.
Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imron: 200)
Kedua:
Dianjurkannya berdzikir kepada Allah dan berdo’a kepada-Nya pada waktu pagi dan
petang.
Syaikh Ibnu Sa’d rahimhullah berkata: "Sebab
Allah memuji orang yang melakukannya, dan setiap amal yang pelaksanaannya
dipuji oleh Allah SWT menunjukkan bahwa Allah mencintai perbuatan tersebut,
sebab Dia memerintahkan dan menganjurkannya”.[2]
Allah SWT berfirman:
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
39.dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenam(nya).( QS. Qaf: 39)
Dari Anas bahwa Nabi bersabda:
"Aku duduk bersama kaum yang berzikir kepada Allah sejak shalat pagi
sehingga matahari terbit lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang
budak dari anak Isma’il. Dan aku duduk bersama kaum yang berzikir kepada Allah
dari sejak waktu asar sehingga tenggelamnya matahari lebih aku sukai daripada
memerdekakan empat orang budak”.[3]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi bersabda: Sungguh
jika aku mengucapkan:
سبحان
الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
(Maha Suci Allah, dan segala puji bagi-Nya dan tiada tuhan
yang berhak disembah selain Dia, dan Allah Maha Besar) lebih aku sukai
dari tempat terbitnya matahari”.[4]
Kedua:
Anjuran untuk duduk bersama orang-orang yang shaleh dan baik sekalipun mereka
adalah orang-orang yang fakir dan lemah, sebab duduk dengan mereka akan
mendatangkan kebaikan yang banyak. Dari Abi Sa’id Al-Khudri R.A bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda: Janganlah engkau
berteman kecuali dengan orang yang beriman dan janganlah memakan makananmu
kecuali orang yang bertakwa”.[5]
Abu Sulaiman Al-Khattabi
berkata: "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW memperingatkan dan menghardik
kita agar tidak berteman dengan orang yang tidak bertaqwa dan tidak pula makan bersamanya, sebab makan bersama
akan menimbulkan rasa kasih sayang di dalam hati”.[6]
Dari Abi Hurairah R.A bahwa Nabi bersabda: Seseorang beragama seperti agama orang yang
ditemaninya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah
yang ditemaninya”.[7]
Seorang penyair berkata:
Janganlah engkau tanya tentang seorang pada dirinya
tanyalah siapakah temannya, sebab setiap orang yang berteman dengan temannya
saling mempengaruhi
Keempat:
Hidup zuhud di dunia dan mengutamakan kehidupan akherat, sebgaimana yang
difirmankan oleh Allah SWT:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
131.
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami
jadikan cobaan mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan
lebih kekal. (QS. Thaha; 131)
Allah SWT berfirman:
وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ (33)
وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ (34) وَزُخْرُفًا وَإِنْ كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ (35)
33.Dan
sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam
kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang
Maha Pemurah loteng- loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga
(perak) yang mereka menaikinya.
34. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak)
bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan
atasnya.
35. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari
emas untuk mereka). dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan
dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al-Zukhruf: 33-35)
Kelima: Anjuran untuk selalu ikhlas hanya untuk Allah
semata. Di dalam ayat yang lain Allah SWT menyebutkan sifat para hamba-Nya yang shaleh, di mana para hamba yang selalu mengharap keridhoan Allah,
bukan riya dan suma’ah, sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
9.Sesungguhnya
Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami
tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan: 9)
Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada
keluarga dan para shahabatnya.
[1] Taesirul karimurahman fi tafsir kalmail mannan: hal: 425
[2] Tafsir Ibnu Sa’di: hal: 425
[3] Sunan Abi Dawud: 3/324 no: 3667
[4] Shahih Muslim: 4/2072 no: 2695
[5] Sunan Abu Dawud: 4/259 no: 4833
[6] Syarhus Sunnah. ,
AL -Bagawi: 13/69
[7] Sunan Abi Dawud: 4/259 no: 4833
Posting Komentar