Menyikapi Rasa Cemburu
Dalam cinta, cemburu itu selalu ada. Demikian pula halnya percintaan Rasulullah SAW, terhadap istri-istrinya. Sikap tenang dan emosional dalam menghadapi sikap cemburu membuat hubungan suami istri bisa berlangsung dengan baik. Suatu ketika Rasulullah SAW pulang kerumah. Didapati Aisyah sedang memasak gulai yang biasanya nikmat,maka beliau meminta Aisyah untuk menambah air atau kuahnya.
Aisyah bertanya,untuk apa ya Rasul, bukankah ini cukup untuk kita berdua? Rasulullah menjawab, “ Berikanlah kepada temannya Khadijah “ Mendengar nama Khadijah yang disebut, rasa cemburu Aisyah sepertinya terbakar. Aisyah berkata “Khadijah .. Khadijah.. lagi lagi Khadijah”. Rasulullah SAW sabar dan tenang dengan ketidaksukaan Aisyah itu. Beliau justru mendudukkan persoalan sebagaimana adanya.
Suatu ketika Aisyah bertanya lagi tentang Khadija yang menikahi dengan beliau pada usia 40 tahun dan statusnya yang telah dua kali menjanda, ya Rasulullah, apakah yang akan engkau katakan tentang wanita tua dan Allah telah mengganti untuk engkau yang lebih baik darinya ?”.
Ucapan Aisyah yang menyinggung perasaan Rasulullah SAW itu segera dihentikan oleh beliau, lalu beliau menyatakan, “Demi Allah, Allah tidak akan mengganti untuk saya yang lebih baik dari Khadijah. Ia beriman kepadaku saat semua orang mendustakanku. Ia pulalah yang menolongku dengan hartanya disaat semua orang memboikot dan darinya kudapatkan anak-anak yang tidak kuperoleh dari yang lain”.
Atas penjelasan Rasulullah SAW tentang mengapa ia begitu cinta kepada Khadija membuat Aisyah menyadari bahwa ia tidak pantas berlaku cemburu kepada Khadijah, apalagi hal ini merupakan kecemburuan yang tidak berdasar
Posting Komentar