CATATAN PERJALANAN KE AMERIKA
Hampir satu
tahun rencana ke Amerika diatur oleh panitia di sini. Memang, setiap musim
semi, masyarakat Muslim Amerika mendatangkan para ustadz dari tanah air untuk
sharing masalah agama dengan mereka di Amerika.
Musim semi 2011
yang lalu, Indonesian Muslim Community yang memayungi masyarakat muslim di
Amerika, mengundang Dr.Syafi’I Antonio dan Ibu Irene Handono sebagai pembicara.
Kali ini, tahun 2012, saya dan ust. Samson Rahman diundang. Agenda khusus
undangan kali ini adalah untuk menyampaikan pelatihan The 7 Islamic Daily
Habits. Menurut Bapak Zulfan, undangan khusus untuk membicarakan tema
khusus baru pertamakali ini dilakukan.
Sebuah
penghormatan yang luar biasa buat saya pribadi atas undangan ini. Betapa tidak,
masyarakat Indonesia di Amerika yang tinggalnya sangat jauh dari tempat saya
menggoreskan karya kecil ini, ternyata sudah mendengar dan memberikan
apresiasinya yang besar terhadap karya saya yang kecil ini. Apresiasi itu
berbentuk undangan kepada saya dan Ust. Samson untuk menyampaikan pelatihan khusus tentang tema ini.
Hal lain yang
juga saya rasakan dengan menulis karya kecil ini adalah keberkahan. Saya sangat
meyakini dan bahkan merasakan keberkahan surah al-Fatihah ini dalam kehidupan.
Sejak saya menulis hingga karya ini bergulir di masyarakat sejak 2008 banyak
undangan yang meminta saya menyampaikan bedah buku dan pelatihan untuk
menjelaskan buku ini. Undangan ke
Amerika dan segala urusan yang terkait dengan keberangkatan yang berjalan mulus dan sambutan berbagai pihak saya
rasakan sangat menggembirakan saya yakini sebagai bagian dari rahmat Allah yang
tidak terhingga buat penulis.
Tgl. 28 Maret
2012 adalah waktu yang sudah diatur cukup lama direncanakan untuk keberangkatan
ke Amerika. Alhamdulillah rencana ini terlaksana sesuai dengan jadwal. Saya
berangkat dari Pontianak pk. 17.05 dengan menggunakan pesawat Garuda. Tiba di
Jakarta sekitar pukul. 18.30, saya langsung keluar dan naik lift menuju lantai
atas Bandara Soekarno Hatta. Setelah bertanya dengan petugas tentang informasi
penerbangan Korean Air, saya langsung ditunjukkan tempatnya, yaitu di E3.
Sayapun menuju tempat tersebut dan proses check in saya lakukan. Alhamdulillah
semua urusan lancar hingga saya berangkat pukul. 21.35 sesuai yang tertulis di
boarding pass, pesawat kami Korean Air dengan nomor penerbangan 628 K siap
diberangkatkan. Oleh petugas saya diberi no seat 45 H, sebuah posisi di pinggir
jalan yang cukup nyaman untuk sebuah penerbangan yang sangat panjang.Pemanggilan
naik pesawat juga cukup manusiawi. Orang-orang yang membawa bayi, orang tua dan
orang-orang yang berkebutuhan khusus didahulukan naik, bahkan dari penumpang
kelas VIP. Setelah itu dipanggil penumpang kelas VIP lalu lanjut dengan no
kursi paling belakang dan terus no yang di tengah dan yang di depan. Dengan
cara demikian tidak terjadi penumpukan penumpang di dalam.
Tanggal 28 maret
2012 itu memang cukup melelahkan. Sejak subuh saya menerima beberapa orang
mahasiswa yang hendak mengaji dan meminta bimbingan skripsi: Halim, Nani dan
Wahyu. Setelah itu datang Suherman terkait dengan urusan pesantren yang hendak
dibangun di Pal 7. Hari itu juga saya harus menyelesaikan editing buku
Prinsip-prinsip Dasar Komunikasi Islam yang akan dikirim ke Kemenag pusat.
Habis Dzuhur juga ada acara di rumah, saya dan istri mengundang tetangga untuk
makan siang bersama, sebagai tanda syukuran pindah toko dan mohon doa kemudahan
keberangkatan dan selama perjalanan. Dan habis ashar saya harus berangkat ke
Bandara Supadio.
Karena sepanjang hari sejak subuh full dengan
kegiatan tersebut, maka ketika naik pesawat, tubuhku tidak kuat melakukan
aktivitas lain kecuali rebahan. Alhamdulillah aku sempat istirahat lumayan di
pesawat malam itu.
Setelah enam jam
perjalanan, jamku masih menunjukkan pukul 04.15. Tetapi disaat jendela pesawat
dibuka, subhanallah…aku menyaksikan pemandangan yang sangat indah…sinar mentari
violet dan kemerah-merahan itu menebar ke seluruh alam, dan secara perlahan ia
menampakkan dirinya. Aku sungguh terkesima dengan ciptaan Allah ini. Tak lama
setelah itu…pesawat sudah bersiap-siap landing di Bandara Internasional Incheon
Seoul.
Tepat pukul.
04.40 waktu Jakarta atau 06.40 waktu Seoul, pesawat kami landing. Ketika
mendarat, bandara Incheon masih diselimuti oleh kabut sehingga aku kurang bisa
menikmati pemandangan di luar. Maklum di Seoul musim dingin masih belum pergi.
Turun dari
pesawat, aku langsung menuju gate 10, tempat transit menuju New York. Sesuai dengan yang tertera di boarding pass,
menurut rencana penumpang akan naik pesawat pada pukul. 09.50 dan akan
berangkat pada pukul. 10.20. Tidak lama menjelang pukul 09.50 para penumpang
sudah mulai antri di depan gate. Ketika jam 09.50 tepat, petugas mengumumkan
bahwa penerbangan didelay selama 30 menit. Penumpang yang antri itupun bubar
dengan sendirinya tanpa komentar apapun. Setelah menunggu 30 menit sebagaimana
yang dijanjikan, petugas memanggil para
penumpang untuk mulai naik pesawat. Karena proses pengaturan penumpang dan
barang yang agak lama di dalam pesawat, menjelang pukul 11.10 pesawat Korean
Air dengan no penerbangan 081 K baru bisa diberangkatkan. Aku mendapatkan seat no. 50 C, tempat di
pinggir jalan yg juga nyaman untuk perjalanan jauh.
Inilah
penerbangan terpanjang yang pernah aku tempuh selama hidupku. Aku harus duduk
di dalam pesawat selama 13 jam lebih. Mengingat sucinya niatku untuk memenuhi
undangan saudara-saudaraku yang jauh di sana, dan keinginanku untuk berbagi
ilmu yang aku tulis, ditambah dengan minatku yang besar untuk menimba pengalaman
di negeri orang dan dengan masyarakat Indonesia yang survival hidup di negeri
Paman Syam ini, kebosanan selama perjalanan alhamdulillah dapat aku atasi.
Alhamdulillah…hari
Kamis, 29 maret pukul. 11.20 waktu New York (pukul.22.20 waktu Jakarta), aku mendarat di Bandara John F Kennedy New
York. Setelah turun pesawat, aku ikut antrian bersama penumpang lain untuk
urusan imigrasi. Dan Alhamdulillah…urusan imigrasipun berlangsung normal tanpa
hambatan sedikitpun.
Setelah urusan
imigrasi selesai, aku langsung menuju tempat pengambilan bagasi. Setelah
menemukan bagasi, akupun keluar Bandara. Alhamdulillah di luar saya sudah
ditunggu oleh Bapak Lefti Afandi, orang Indonesia asal Banjarmasin yang
sehari-harinya menjadi pengurus masjid al-Hikmah. Siang itu aku langsung diajak
shalat Dzuhur di Manhattan City, di Islamic Center kebanggaan masyarakat muslim
New York.
Setelah
foto-foto sebentar, aku langsung menuju Queen Boro, tempat penginapan. Sebelum
tiba di lokasi, kami mampir dulu di Rumah Makan Upi Jaya, rumah makan Minang
yang ada di Queen Boro. Akupun menyantap hidangan Sop Kambing dan tahu isi New
York dengan lahapnya. Setelah itu aku dibawa ke rumah salah seorang Indonesia
yg berkebangsaan Amerika, Bp. Amir Sumaila. Di situlah aku menginap selama di New
York. Bapak Amir Sumaila ini dahulu adalah tangan kanan utama Bos Elteha.
Karena kesuksesan dan kejujurannya dia dikirim ke Amerika untuk meluaskan
bisnis Elteha di dunia. Bapak Amir ini
sekarang adalah Ketua harian Masjid al-Hikmah New York.
Aku banyak
belajar dari Bapak Amir Sumaila, orang Makassar yang sukses di Amerika. Beliau
menceritakan kepadaku tentang peran ust.
Syamsi Ali untuk menggiring beliau menuju masjid. Menurut beliau, ust.
Syamsilah yg menumbuhkan semangat beliau untuk mengurus masjid. Awalnya beliau
ragu untuk mengambil peran ini, tetapi setelah diberikan pandangan , beliau
mantap utk menjadi pengurus masjid. Yang membuat aku terharu adalah ketika
melihat salah satu jari beliau yang terpotong. Jari itu adalah saksi
kesungguhan beliau insya Allah dalam memperjuangkan masjid. Ceritanya beliau
hendak membuat sesuatu utk masjid, ternyata tangan beliau yang tersayat.Aku
mendengar cerita beliau dengan serius dan banyak pelajaran yang bisa aku
dapatkan dari beliau.
Sambutan hangat
aku rasakan dari tuan rumah. Tidak seperti di Indonesia, di Amerika sulit
sekali memiliki pembantu, sehingga semua pekerjaan dikerjakan sendiri. Makanan
untuk tamupun disediakan sendiri oleh tuan rumah.
Jumat, 30 Maret 2012
Hari Jumat itu,
aku shalat Jumat di Masjid al-Hikmah. Masjid yang cukup besar itu ternyata
penuh oleh jamaah. Tidak seperti di tanah air yang jamaahnya banyak mengantuk,
hari itu aku menyaksikan para jamaah sangat antusias mendengarkan khutbah.
Temanya juga sangat menyentuh. Khatib menyampaikan tentang peran generasi muda
dalam menyiarkan Islam di Amerika dan bagaimana Rasulullah memberdayakan
generasi muda untuk berdakwah. Khatib menyampaikan tentang cerita Mush’ab bin
Umair yang dikirim oleh Rasulullah saw ke Madinah. Kesuksesannya luar biasa, ketika
Rasulullah hijrah, tidak ada satupun rumah yang tidak ada orang Islamnya.
Khatib juga menyebutkan bahwa sekarang Islam di Amerika tumbuh dengan pesat,
bahkan dikatakan the fastest growing. Beliau menghimbau kepada seluruh jamaah
untuk mengambil peran dakwah yang sangat subur ini. Karena kesempatan ini kalau
kita sia-siakan..maka Allah akan mengganti kita dengan generasi lain yang siap
untuk mengambil peran ini…ungkap beliau.
Setelah Jumat,
aku sempat berbincang-bincang dengan orang-orang tua yang punya jasa besar
membangun masjid al-Hikmah New York. Di antaranya aku bertemu dengan Bapak
Ahmad Padang dan ibu, bapak Hardadi dan Ibu, Ibu Titik dan Ibu Sarijo. Mereka
menceritakan nostalgia perjuangan mereka mendirikan masjid ini, dari
mengumpulkan dolar perdolar, membawa palu sendiri untuk menjadikan ware house
supaya berbentuk masjid. Hingga ketika Pak Harto datang ke New York, akhirnya
Pak Harto menyumbang cukup besar utk masjid sehingga terbangunlah masjid yang
cukup refresentatif buat jamaah. Masjid ini sekarang di bawah naungan
Indonesian Muslim Community New York.
Masjid al-Hikmah
adalah salah satu dari sekian banyak yang berdiri di Kota New York. Menurut
Ust. Syamsi Ali, diperkirakan masjid di New York sampai hari ini (1 April 2012)
sekitar 700-an masjid dan jumlah muslimnya diperkirakan 8-10% dari masyarakat
Kota New York yang sekarang diperkirakan 8-10 juta penduduk. Pertumbuhan ini
sungguh fantastic, karena survey tahun 2002 menyebutkan bahwa masjid di New
York diperkirakan berjumlah 100-an lebih masjid saja (Dodds and Grazda, 2002),
dan jumlah muslimnya hanya sekitar 579
ribu (Ba Yunus and Kone, 2004).
Meskipun masjid
al-Hikmah merupakan masjid komunitas orang Indonesia, masjid ini tetap terbuka
menerima masyarakat muslim dari komunitas lain. Saat aku shalat Jumat di sana,
aku melihat banyak sekali muslim dari komunitas lain yang shalat di sini, di
antaranya orang Pakistan, Bangladesh, Afrika, dan orang kulit putih sendiri.
Dan khatib saat itupun berasal dari keturunan Bangladesh yg sudah berkebangsaan
Amerika.
Indonesian Muslim Community
Jumlah komunitas
muslim Indonesia di New York sulit untuk diketahui secara pasti. Tapi menurut
pengurus masjid, untuk menghitung angka perkiraan penduduk muslim Indonesia di
New York bisa dilakukan dengan menghitung jumlah jamaah yang shalat Idul Fitri
di masjid itu. Pendekatan ini dianggap lebih mendekati kebenaran, karena orang
Indonesia umumnya berkumpul di masjid untuk merayakan Idul Fitri di negeri orang. Jika masjid al-Hikmah bisa menampung sekitar 600-an
jamaah lalu ditambah dengan basement dan halaman yang dipenuhi juga oleh jamaah
dan sholat Idul Fitri biasanya harus dilakukan dua kali, maka angka masyarakat
muslim Indonesia di New York diperkirakan sekitar 2000-an orang.
Masjid al-Hikmah
diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1995. Sebelumnya masjid masih berbentuk
gudang dan bahkan sebelum masjid ada, tahun 1980-an masyarakat muslim Indonesia
sudah mengadakan pengajian dari rumah ke rumah.
Pelatihan The 7 Islamic Daily Habits
Sabtu, 31 Maret 2012
Hari sabtu dan
ahad, 31 Maret-1 April 2012 adalah hari bersejarah buat diriku. Betapa tidak,
pelatihan The 7 Islamic Daily habits yang aku gagas alhamdulillah bisa sampai
ke ujung dunia. Aku ditakdirkan untuk menyampaikan pelatihan ini di New York,
yang beda jamnya dengan Pontianak dan Jakrta antara 12 sampai dengan 13 jam
tergantung dengan musimnya. Acara ini
diselenggarakan di basement Masjid al-Hikmah yang menampung cukup banyak
jamaah.
31 Maret 2012,
Jam 11 waktu New York, acara Pelatihan The 7 Islamic Daily Habits dimulai.
Sebagaimana biasa, di pembukaan aku menyampaikan urgensi dari pelatihan ini
lalu dilanjutkan dengan menjelaskan habit demi habit…dan Alhamdulillah acara
sesi hari pertama berakhir di hari itu dengan habit yang ke-3 sekitar pukul
17.45. Hari pertama berjalan dengan lancar dan masyarakat menerimanya dengan
antusias sekali.
Bermalam di New Jersey
Setelah acara,
aku diajak oleh Pak Budi menginap di rumahnya di New Jersey, Negara bagian yang
bertetangga dengan New York dan hanya di pisah oleh jembatan George Washington.
Pak Budi adalah seorang professional yang bekerja sebagai tenaga IT di PBB dan salah seorang pengurus di masjid
al-Hikmah New York. Sekitar jam 10.30 aku dan Pak Budi bertolak kembali menuju
New York untuk melanjutkan acara pelatihan hari kedua.
Ahad, 1 April 2012
Hari kedua,
ahad, 1 April, suasana pelatihan semakin hangat. Hari kedua ini aku isi dengan
menyelsaikan 4 habits berikutnya . Kebahagianku
bukan sekedar karena mendapat respons yang sangat positif dari peserta, tapi
karena pelatihan ini juga dihadiri oleh Bapak Ahmad Padang sebagai sesepuh,
penggagas dan pendiri masjid al-Hikmah serta ust. Syamsi Ali, tokoh ulama di
kota New York yang berasal dari Indonesia.
Seelsai acara
aku menyempatkan diri untuk berfoto bersama masyarakat Indonesia di New York.
Setelah itu aku kembali ke rumah Bapak Amir Sumaila yang juga setia mengikuti
pelatihan selama dua hari berturut-turut.
Posting Komentar