Home » » Terlalu Banyak Menghilangkan Rasa, Rutinitas Menghilangkan Makna : Review buku 7 Islamic Daily Habits oleh Balitbang Kemenag RI

Terlalu Banyak Menghilangkan Rasa, Rutinitas Menghilangkan Makna : Review buku 7 Islamic Daily Habits oleh Balitbang Kemenag RI

Written By mouzlim on Rabu, 24 April 2013 | 00.32


Terlalu Banyak Menghilangkan Rasa, Rutinitas Menghilangkan Makna :
Review buku 7 Islamic Daily Habits oleh Balitbang Kemenag RI


Jakarta, (14/11) - Sebagai seorang muslim, minimal tujuh belas kali dalam sehari lidah kita melafazkan Al-Fatihah. Dua di waktu Subuh, masing-masing empat kali di Dzuhur dan Ashar, tiga di Maghrib dan terakhir, empat kali di Isya’.   Al-Fatihah juga dinamakan sholat, karena sholat dimulai dengan surat ini dan tidak sah sholat seseorang jika tidak membaca surat ini.
Buku “The 7 Islamic Daily Habits, Hidup Islami dan Modern Berbasis Al-Fatihah” berusaha menjadikan tujuh ayat dalam surat Al-Fatihah sebagai jalan menuju sukses dunia dan akhirat.
Banyaknya review yang bagus mengenai buku ini baik dari akademisi maupun praktisi membuat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggelar Bedah Buku “Harjani Hefni: The 7 Islamic Daily Habits, Hidup Islami dan Modern Berbasis Al-Fatihah” hari ini (14/11) dengan dihadiri berbagai kalangan baik dari para pejabat, peneliti, widyaiswara, dosen , penyuluh dan LSM.
Forum ini menghadirkan sang penulis Harjani Hefni, Lc, MA., dan dua pembahas yaitu Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan dan Widyaiswara Utama Kemenakertrans.  Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Dr. H. Abdul Aziz, MA., mengatakan bahwa uraian dalam buku ini tidak mengandung hal baru terutama bagi mereka yang familiar dengan kehidupan santri. Hanya kemasannya yang dibuat baru sehingga menarik bagi mereka yang mulai mengakrabi praktik keagamaan fungsional sehari-hari. Sedangkan Widyaiswara Utama Pusdiklat Kemenakertrans Ir. Hj.Sovia Emmy, MMAgr., lebih menyoroti keberhasilan penggunaan buku ini sebagai referensi bagi peserta diklat Kemenakertrans.
Ada yang menarik dalam sesi tanya jawab, peserta diskusi mengkritik penulis  dari perspektif jender.  Penulis dianggap tidak sensitif jender karena contoh-contoh yang dihadirkan semuanya dari kalangan laki-laki, padahal banyak juga para perempuan di jaman nabi maupun sesudahnya yang dapat dijadikan suri tauladan.
Penulis menjelaskan bahwa buku ini sesungguhnya dijadikan sebagai bacaan ringan dengan tidak menghilangkan sisi keilmuannya. Sehingga kemasannya dibuat semenarik mungkin agar lebih enak dibaca bahkan oleh kalangan awam pun.  Sedangkan atas kritikan tidak sensitif jender, penulis menjelaskan bahwa tidak ada maksud sama sekali untuk terkesan tidak sensitif jender.  Semua kritik positif akan diakomodir untuk perbaikan buku di masa mendatang.
Habit pada akhirnya adalah pembiasaan. Buku ini mengajak para pembacanya untuk “memaknai” habit mereka selama ini, yaitu membaca surah Al-Fatihah.  Pemahaman yang baik dan pengamalan yang benar dalam kehidupan sehari-hari, pastinya akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pembacanya. (RPS)


Kemajuan Membutuhkan Preservasi dan Perubahan



Jakarta, 14/11 (Puslitbang 1) - “Dalam upaya mengembangkan dunia pengetahuan, maka perlu preservasi (memelihara) karya yang telah diwariskan oleh para pendahulu dan sekaligus melakukan berbagai upaya kreatif untuk melakukan berbagai perubahan.” Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Phil. M. Nur Kholis Setiawan dalam sambutannya di acara pembukaan kegiatan Bedah Buku “The 7 Islamic Daily Habits” karya  Harjani Hefni, Lc, MA yang diselenggarakan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kegiatan Bedah Buku tersebut diselenggarakan di Hotel Sofyan Menteng Jakarta Pusat tanggal 14 Nopember 2012 lalu.
Dalam sambutannya tersebut, Nur Kholis Setiawan  mengutip pernyataan Imam Jalaluddin dalam Muqaddimah Tafsir Jalalain, bahwa ada 2 hal yang penting dalam tujuan penulisan sebuah karya pengetahuan: Pertama, adanya kontinuitas yaitu preservasi ilmu pengetahuan. Kedua, adanya perubahan, yaitu pengkayaan preservasi melalui pengembangan pengetahuan. Untuk itu kegiatan Bedah Buku menjadi penting bagi Puslitbang Kehidupan Keagamaan sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya-upaya pengembangan ilmu pengetaahuan khususnya di bidang keagamaan.
Kegiatan Bedah Buku “The 7 Islamic Daily Habits”  tersebut dihadiri oleh 60 orang peserta, terdiri dari perwakilan ormas keagamaan, penyuluh agama, para akademisi, widyaiswara serta peneliti di lingkungan Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, acara ini juga  dihadiri oleh pembedah  buku yaitu: Harjani Hefni, Lc. MA (pengarang buku), dan 2 orang narasumber yang membahas dan mengkritisi buku yaitu Dr. H. Abdul Aziz, MA (Peneliti Utama), dan  Ir. Sofie Emmy, MMA (Widyaiswara Utama).

Sementara itu Prof. Dr. Machasin, MA selaku Plt. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dalam sambutannya menyebutkan pentingnya mengapresiasi buku-buku karya anak bangsa. Dalam sambutannya beliau juga menyinggung tentang maraknya fenomena radikalisme agama, bahwa para pelaku radikalisme itu memiliki tiga latar belakang utama yaitu: Pertama, pengetahuan agama yang praktis tetapi tidak disertai pertimbangan yang matang. Kedua, Indoktrinasi agama yang tidak disertai kematangan bertindak, mana yang perlu ditinggalkan dan mana yang perlu dilakukan. Ketiga, tidak sambungnya pengamalan agama dan perilaku yang terpuji. Indikatornya ada orang yang rajin shalat tapi korupsi, atau ada yang rajin ibadah tapi tidak baik dengan lingkungan, bahkan berperilaku merusak, perilaku agama yang ditampilkan sering berbeda dengan pesan moral agama. Untuk itu menurut beliau, syiar agama itu penting, namun pendalaman agama juga harus ditingkatkan.
Machasin menyatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia makin hari makin jauh dari Islam ke-Indonesiaan, Hal ini disebabkan karena sedikitnya buku-buku yang ditulis oleh tokoh Islam Indonesia, jika adapun buku itu tidak banyak dipelajari, misalnya fiqh karya Hasbi As-Siddiqy dan tafsir karya Soleh Darat, keduanya tidak dipelajari. Sehingga kita lebih banyak membaca buku-buku yang bukan berasal dari Indonesia. Akibatnya Islam yang dipelajari tidak kontektual dan jauh dari nilai-nilai ke-Indonesiaan (kebangsaan). Untuk itu buku-buku karya bangsa Indonesia perlu diapresiasi.

Beliau juga menyampaikan bahwa untuk itu saat ini bangsa Indonesia membutuhkan buku yang selain mengajak pada kesalehan individu, namun juga kesalehan sosial. Saat ini pendidikan agama seakan lebih menekankan aspek kognitif, seolah sama dengan pendidikan yang bisa diukur dengan ujian tertulis. Padahal agama adalah pengamalan., sepertinya selama ini kita banyak memiliki resep tapi tidak manjur dan tidak dilaksanakan orang, karena ternyata resep yang dibuat tidak berhasil merubah perilaku. Untuk itu menurut beliau dibutuhkan karya-karya yang mampu mendekatkan antara moral agama dengan perilaku agama. (AJW)



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Living Qur'an Sunnah Institute - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger